PT Siemens Indonesia siap menyokong pemerintah Kota Bandung guna menyukseskan program smart city yang kini tengah gencar-gencarnya dilakukan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. Salah satu program yang ditawarkan Siemens, yakni Traffic Manajemen System alias sistem berbasis teknologi yang mampu mengurai kemacetan yang kerap kali melumpuhkan Kota Bandung.

Vice President Divisi Mobilitas PT Siemens Indonesia, Helman Trisakti mengatakan Siemens tengah berancang-ancang menerapkan sistem teknologi yang nantinya mampu menguraikan kemacetan. Menurut Helman, teknologi traffic manajemen yang ditawarkan Siemens menyuguhkan beberapa fitur yang sejalan dengan Kota Bandung sebagai pelopor smart city di Indonesia.

Sistem traffic manajemen merupakan teknologi berbasis sensor-sensor yang dipasang di persimpangan jalan. Nantinya, sensor itu dengan sendirinya akan beradaptasi dengan kondisi lalu lintas di Kota Bandung.

Helman mengatakan ketika sistem itu dipasang di perempatan jalan yang menggunakan sistem lampu lalu lintas, dengan sendirinya, sensor akan berfungsi mengatur kondisi lalu lintas. Dengan kata lain, pergantian lampu lalu lintas tidak monoton, melainkan disesuaikan dengan antrean kendaraan.

“Solusi tekhnologinya pun adaptif. Artinya, dia menentukan lamanya lampu lalu lintas berdasarkan kondisi real, berapa jumlah mobil, kecepatan, dan yang lainnya, sehingga dia bisa menentukan kapan saat tepatnya pergantian lampu lalu lintas,” ujar Helman kepada Tempo, seusai menghadiri acara Indonesia Smart City Forum 2016, di Hotel Trans Luxury, Kota Bandung, Sabtu, 3 September 2016.

Menurut dia, di Kota Bandung pada tahun 1997 sudah menggunakan traffic kontrol berbasis sistem magnetik yang dipasabg di badan jalan. Namun, akibat infrastruktur jalan raya di Bandung yang cepat rusak, walhasil alat sensor itu ikut rusak lantaran seringnya jalan diberi lapisan aspal. “Jalannya masih belum keras, sehingga sensor yang terpasang satu tahun kemudian udah rusak,” katanya.

“Tetapi sekarang bisa dicari detector di luar itu, pakai radar, dia baca pake dopler, dia ngitung jumlah mobil berhenti dipersimpangan itu berapa, kemudian menggunakan kamera juga, jadi bisa baca plat mobil, teknologi iti yang siap kami terapkan,” ujar dia.

Untuk besaran biaya yang harus dikeluarkan, PT Siemens tidak mematok harga tinggi. Artinya, kata dia, Siemens selaku penyedia teknologi bisa menyesuaikan anggaran dengan kebutuhan yang diperlukan pemkot Bandung.

“Trafic manajemen ini sendiri sebenarnya size-nya sangat bervariasi, misalnya kaya Bandung apakah mau seluruh Bandung total mau diinvestasi, mungkin tidak cukup dari anggaran pertahun,” katanya.

Namun, Siemens sendiri siap membantu Pemkot Bandung untuk mencari dana guna merealisasikan program manajemen traffic itu. “Kita sebagai teknologi provider itu bisa membantu mencarikan pihak yang bisa mendanai apakah itu dari bank di Jerman, Austria ataupun yang lainnya. Siemens juga punya Siemens Finansial Servis yang bisa membantu masalah itu, tapi dalam sifat loan,” katanya.

Helman mengaku tengah mengajukan Master of Understanding (MoU) dengan Ridwan Kamil guna secepatnya merealisasikan masalah penerapan teknologi manajemen traffic system itu. “Jadi nantinya kita kerjasama, secara verbal MoU sudah disebutkan tapi dalam waktu dekat baru akan diteken,” ujarnya.

Emil–sapaan Ridwan, mengatakan untuk masalah kerjasama dengan Siemens itu masih dalam proses pembahasan. “Kalau Siemens kan cuma sponsor juga merk aja, jadi kan smart city itu banyak sekali, setiap perusahaan punya jagoan sendiri untuk menawarkan, saya juga kurang hafal tiap merk menawarkan apa. Kalau Siemens itu menawarkan inteligent infrastruktur namanya, tapi kita belum MoU,” kata Emil.